Warisan Budaya Semarak Hari Jadi ke-820 Tulungagung dan Sejarah Kabupaten Tulungagung Tak Terlupakan

Reporter Iwan Yuliantoro 86 Views

Tulungagung,-MediaRCM.com

Memperingati Hari Jadi ke-820 dengan MERIAH dan SEMARAK pada Selasa (18/11/25). Peringatan ini diawali dengan apel peringatan di halaman Kantor Pemerintah Daerah yang diikuti oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk personel TNI, Polri, Satpol PP, ASN, pelajar, dan masyarakat umum.

Apel ini menjadi awal dari Kirab Bersinagari yang dipimpin oleh Forkopimda Tulungagung, dengan Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo, sebagai inspektur upacara. Kirab ini juga diikuti oleh Ketua DPRD, Dandim 0807, Kapolres, dan Sekda, serta puluhan becak yang membawa para Kepala OPD beserta pasangan.

Kirab ini menyusuri Tugu Reog Kendang dan Alun-Alun Tulungagung sebelum akhirnya tiba di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso. Kedatangan rombongan disambut dengan ratusan penari Reog Kendang, berbagai tarian tradisional, serta ritual doa bersama dalam tradisi adat Lawadan.

- Advertisement -

Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo, menyampaikan kebanggaannya terhadap warisan sejarah daerah, khususnya Prasasti Lawadan yang menjadi penanda lahirnya Tulungagung. Ia juga menegaskan tema Hari Jadi tahun ini: “Tulungagung Bersatu, Satukan Langkah untuk Tulungagung Maju.”

Selepas upacara adat, suasana pendopo dipenuhi aroma khas tumpeng lanang yang terdiri dari nasi kuning, ayam ingkung, ayam lodho, dan ragam lauk tradisional. Tumpeng wadon juga disajikan dengan aneka buah dan sayur asli Tulungagung. Acara ditutup dengan tradisi rebutan tumpeng sebagai wujud rasa syukur masyarakat.

Ketua Panitia Hari Jadi Tulungagung, Fuad Saiful Anam, menjelaskan bahwa Prasasti Lawadan yang bertuliskan “Sukra Suklapaksa Manga Siramasa” menandai berdirinya Tulungagung pada 18 November 1205 M. Prasasti itu merupakan penghargaan Raja Daha, Kertajaya, atas loyalitas warga Thani Lawadan dalam mempertahankan wilayah dari serangan musuh.

Fuad juga menjelaskan bahwa meski rangkaian peringatan tidak banyak berubah, panitia tetap menambahkan unsur kreatif tanpa menghilangkan nilai tradisi. “Tahun ini, kirab Pataka bukan hanya diikuti kalangan pemerintah, tetapi juga komunitas aktor. Dalang yang tampil pun memanfaatkan potensi lokal,” ungkapnya.

Peringatan tahun ini kembali menegaskan kuatnya persatuan dan kecintaan masyarakat Tulungagung terhadap sejarah serta budayanya.(iw)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *