Inilah Sejarah Megono, Simak Penjelasannya!

Reporter Redaksi 791 Views

BATANG, Media RCM – Nilai budaya dimulai dengan terciptanya sejarah Nasi Megono sebagai istana bela diri. Megono berasal dari bahasa Jawa “merga” (karena) dan “ana” (di sana).

Menurut Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, hidangan ini berasal dari makanan yang diberikan kepada prajurit Kesultanan Mataram di bawah Bahureksa yang melawan VOC di Batavia pada tahun 1628.

- Advertisement -

Pada saat itu, kondisi masa perang yang sulit secara ekonomi mempengaruhi permintaan minimum akan makanan dan pakaian.

Setelah rombongan prajurit Mataram tiba di wilayah Kabupaten Pekalongan untuk beristirahat di perkampungan warga yang diliputi kelelahan dan kelaparan, warga setempat bersimpati dan tidak tinggal diam melihat kondisi prajurit Mataram tersebut.

Mereka bekerja bahu-membahu dan membantu mengumpulkan makanan yang disumbangkan secara sukarela. Namun, pada kondisi tertentu, warga hanya menerima sekam padi tanpa sayur.

Inisiatif untuk mencari sayuran pun lahir. Hingga ditemukan buah nangka muda yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Pekalongan dan Batang. Kemudian nangka muda diolah sebentar hingga menjadi nangka muda cincang yang dipotong kecil-kecil dan diumbui dengan parutan kelapa.

Sejak saat itu masakan ini disebut sejarah nasi megono yang merupakan singkatan dari “merga ana”, bahasa Jawa karena memang ada. Karena hanya ada buah nangka muda ini yang bisa dijadikan sayuran untuk memberi makan para prajurit Mataram.

Meski merupakan makanan sederhana yang terbuat dari nangka muda, makan nangka muda dapat memperkuat imunitas tubuh dan merupakan sumber antioksidan yang baik untuk meningkatkan daya tahan fisik. Oleh karena itu, tentara Mataram menghidangkan nangka muda dengan produksi sebagai berikut:

Sejarah Nasi Megono terbuat dari buah nangka muda yang masih mentah dan sudah dikupas kulitnya, kemudian buah nangka muda tersebut dicincang terlebih dahulu atau dipotong kecil-kecil. Kemudian potongan itu ditempatkan dalam wadah panas.

Kemudian masukkan bunga quecombrang cincang untuk wilayah pekalongan , kelapa parut, bawang merah, bawang putih, ketumbar, kemiri, terasi, lalu kencur, cabai merah, serai, daun melinjo, daun salam, daun jeruk dan bumbu ke dalam wadah dengan nangka muda dan aduk sampai halus. Selanjutnya, tumis nangka muda yang sudah dicampur bumbu selama kurang lebih sampai 30 menit sampai 1 jam hingga nangka empuk dan bumbu meresap.***

Editor: Rudy

Tag
Bagikan Berita Ini
1 Review
  • arrrrr says:

    saya rasa arti kata megono mergo dan ono itu di ada-adakan atau asumsi semata. karena kebanyakan nama makanan di jawa jarang ditemui yg berasal dari singkatan. kecuali daerah jawa bagian barat atau sunda seperti cireng aci digoreng, dsb.
    kebanyakan nama masakan dijawa itu berasal dari cara pengolahannya seperti gudeg berasal dari kata “hangudeg” atau mengaduk. begitu juga megono.
    imbuhan kata “no” dibelakang kebanyakan menunjukan kata perintah seperti “pangano” “mreneo” “entekno” dsb.
    mego atau mega atau uap tebal. no kata perintah. jdi cara memasaknya dg cara “di dang” atau di uapi dg cara menggunakan kendil diberi air dibagian bawah diatasnya dikasi sarangan/saringan buat ngeliwet. lalu diatas sarangan itu dikasi bahan2 berserta bumbu untuk membuat megono. setelah “umep” atau matang uap tebal akan muncul disaat tutup kendil dibuka.

    Balas

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *