Bidan ASN Kabupaten Kampar Kembangkan Alat Deteksi Dini Patologi Serviks Menggunakan Endoskopi Cerdas

Reporter Redaksi 1.7k Views

Semarang, Jawa Tengah, Media RCM.com – Sari Oktavia, seorang bidan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berdinas di Puskesmas Gema, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, telah menyelesaikan ujian tesisnya pada tanggal 15 Mei 2025 dalam studi Magister Terapan Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Semarang. Wanita kelahiran padang 1985 lulusan D3 AKBID HELVETIA Medan dan DIV Kebidanan Stikes AL-INSYIRAH PEKANBARU Menempuh jalur pendidikan S2 magister Terapan kebidanan melalui jalur tugas belajar mandiri.

Dalam penelitian tesisnya, Bidan Sari mengembangkan alat deteksi dini patologi serviks menggunakan endoskopi cerdas pada kasus patologi serviks. Inovasi ini lahir dari pengalamannya di lapangan, terutama saat bertugas di daerah terpencil yang memiliki keterbatasan fasilitas untuk deteksi dini. Ia menyadari perlunya alat bantu yang praktis, efisien, dan mudah dioperasikan langsung oleh tenaga kesehatan primer.

Pengembangan alat ini dilakukan melalui kolaborasi dengan dosen dan tim IT dari Universitas Diponegoro Semarang, sehingga menggabungkan pendekatan praktis dan dukungan akademik berbasis rule-based system. Kamera endoskopi cerdas yang dirancang memiliki kemampuan pemrosesan citra secara real-time untuk membantu prediksi deteksi dini patologi serviks secara lebih cepat dan objektif.

Pengambilan image dilakukan sebelum pemeriksaan IVA dan menghasilkan citra endoskopi cerdas dengan hasil prediksi algoritma “positif atau negatif”.

- Advertisement -

“Selama bertugas di wilayah dengan akses terbatas, saya sering menjumpai kondisi di mana penilaian tenaga kesehatan terhadap hasil pemeriksaan IVA Test bersifat subjektif dan beragam. Hal tersebut menjadi salah satu keterbatasan dalam proses deteksi dini yang akurat. Inilah yang mendorong saya untuk mengembangkan teknologi sederhana namun tepat guna yang dapat diterapkan secara langsung di lapangan,” ujar Sari Oktavia.

Menurut dr. Irwan Herli selaku Kepala Puskesmas Gema tempat Bidan Sari bertugas menyampaikan, alat endoskopi cerdas ini memiliki keunggulan dari sisi kemudahan penggunaan dan efektivitas. Alat cukup dihubungkan ke laptop dan langsung dapat digunakan tanpa instalasi yang rumit. Gambar serviks ditampilkan secara real-time dengan kualitas visual yang lebih tajam dibandingkan inspeksi manual, sehingga memudahkan identifikasi kelainan sejak dini. Fitur tangkap gambar (capture image) menjadi nilai tambah, karena memungkinkan dokumentasi hasil untuk evaluasi lanjutan maupun edukasi. Alat ini fleksibel dan dapat digunakan oleh tenaga kesehatan yang sudah dilatih, baik di puskesmas maupun di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Namun, dr. Irwan juga menekankan pentingnya memperhitungkan estimasi harga dan efisiensi biaya agar alat ini dapat diimplementasikan secara luas di layanan primer, khususnya daerah dengan keterbatasan sumber daya.

Ketua penguji, dalam pelaksanaan sidang TESIS, juga menyampaikan apresiasi. “Pengembangan alat endoskopi cerdas berbasis rule-based system memiliki novelty dan masih sangat minim studi alat yang menggunakan sistem offline dan bisa di akses di daerah terbatas sumber daya. Kolaborasi ini mendorong terciptanya teknologi yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat,” ungkap Dr. dr. Ari Suwondo, MPH.

Walaupun alat ini masih bersifat prototype, perlu perbaikan sistem terutama sentivitas alat, namun sudah bisa menjawab hipotesis penelitian yang dilakukan dengan nilai akurasi cukup (fair).

Dr. Sugiyanto, S.Pd., M.App.Sc., selaku Penguji sekaligus Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang, menyampaikan bahwa peningkatan akurasi dan pelatihan teknis bagi pengguna menjadi kunci keberhasilan sistem ini. Ia juga menyoroti perlunya pengurangan kasus false negative agar tidak ada kelainan yang terlewat.

Dr. Melyana Nurul W, S.SiT, Bdn,M.Kes, selaku pembimbing, berharap alat ini dapat dikembangkan lagi dengan perbaikan fitur dan sensitivitas hasil,serta nilai akurasi yang lebih baik, sehingga dapat digunakan khususnya di fasilitas kesehatan dengan keterbatasan sumber daya. Inovasinya menjadi inspirasi bahwa keterbatasan bukanlah hambatan untuk berinovasi, melainkan peluang untuk menciptakan solusi yang berdampak nyata bagi masyarakat.

Sementara itu, pembimbing tesis Dr. Ir. Kurnianingsih, S.T., M.T. menambahkan bahwa ketidakseimbangan data (imbalance dataset) serta belum diperhitungkannya faktor seperti riwayat penyakit kronis menjadi bagian dari keterbatasan yang akan dikembangkan lebih lanjut. Inovasi ini mendapat apresiasi luas karena dinilai tepat guna, mudah dioperasikan, dan menjawab kebutuhan layanan kesehatan di wilayah dengan keterbatasan akses.

Inovasi kamera endoskopi cerdas yang dikembangkan oleh Bidan Sari Oktavia menjadi langkah awal sederhana bahwa pemecahan masalah di bidang kesehatan bisa berawal dari pengalaman langsung di lapangan. Diharapkan, alat ini dapat disempurnakan sehingga menjadi solusi praktis dalam mendukung deteksi dini patologi serviks, khususnya di fasilitas pelayanan dasar yang memiliki keterbatasan alat.

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *