Edywan Berharap Ada Regenerasi Pembatik di Pekalongan

Reporter Redaktur Media RCM 723 Views

Kota Pekalongan, Media RCM.com – Pasang surut ekonomi dialami para pelaku usaha batik di Kota Batik Pekalongan. Kendati demikian para pengusaha batik berharap terus ada regenerasi pembatik.

Adanya pandemi serta meningkatnya penjualan online berpengaruh terhadap sektor batik di Kota Pekalongan. Hal ini dirasakan salah satu pengusaha batik di Kota Pekalongan, Edywan.

- Advertisement -

Momen Hari Batik Nasional sangat berkesan bagi masyarakat Pekalongan. Menurut Edywan kondisi saat ini dibilang lesu ‘iya’ ramai juga ‘iya’.

“Sekarang setelah adanya online dan pandemi, batik di Pekalongan yang betul-betul batik agak berat, karena melalui pembelian online dan pembeli hanya melihat foto tanpa mengetahui fisiknya. Kalau dari gambar, batik dan printing motif batik susah dibedakan. Makanya sekarang yang laku ialah printing karena harganya murah,” terang Edywan, Jumat (11/10/2024).

Edywan menyebutkan, harga printing banyak di bawah 50 ribu rupiah, padahal untuk batik asli mesti di atas 100 ribu rupiah kalau batik cap atau minimal ya 100 ribu rupiah itu.

“Belum yang batik tulis sampai 500 ribuan, dan yang sutra jauh lebih mahal lagi. Kalau lewat online menarik pelanggan baru agak susah, kecuali pelanggan lama yang bisa dan tau kualitas masing-masing produk,” beber Edywan.

Adanya pandemi, sistem online, dan tahun politik sangat dirasakan di Kampung Batik. Salah satunya di tempat Edywan yakni Batik Larisa, di toko sebulan biasanya bisa meraup omzet Rp250-300 juta, sekarang 20% saja kadang tidak tercapai.

Namun Edywan sebetulnya berharap penuh agar batik betul-betul dilestarikan, ada regenerasi batik. Saat ini para perajin batik sudah tua-tua.

“Terus terang jika dibayar harian tentu tidak sampai UMR. Kalau kita pakai UMR untuk jualnya tidak bisa. Kalau batik tulis misalnya pengerjaaannya 10 hari dikalikan Rp60 ribu harga sudah 600 ribu rupiah, kita mau jual berapa? Karena hal tersebut banyak pengusaha yang menggunakan sistem borongan,” cerita Edywan. (Adv/kominfo)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *