Kota Pekalongan, Media RCM.com – Festival Pemotongan Lopis Raksasa yang digelar di Krapyak Kidul Gang 8 dan Krapyak Lor Gang 1 Kota Pekalongan kembali menjadi magnet budaya yang menyedot perhatian ribuan warga setiap tradisi Syawalan atau sepekan usai Lebaran Idul Fitri.
Wali Kota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid hadir dalam dua lokasi tersebut bersama Ketua TP PKK Kota Pekalongan, Hj Inggit Soraya, Wakil Wali Kota Pekalongan, Hj Balgis Diab dan sejumlah Forkopimda mengaku bangga dan terharu dengan antusiasme warga yang luar biasa. Terlebih, festival ini juga mendapat apresiasi dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Menurutnya, Festival Lopis Raksasa bukan sekadar seremoni Syawalan, tetapi memiliki makna mendalam untuk mempererat persatuan dan kebersamaan di Kota Pekalongan. Dengan tema “Eratkan Persatuan Lewat Tradisi”, acara ini diharapkan bisa menjadi pengingat akan pentingnya hidup rukun dan saling membantu.
“Lopis terbuat dari beras ketan yang punya sifat ‘ngraket’ atau merekat erat. Ini lambang bagaimana kita sebagai masyarakat harus bersatu dan solid, baik dalam kebersamaan umat beragama, maupun dalam menghadapi persoalan kota seperti masalah sampah,” katanya di lokasi pemotongan Lopis Ageng Krapyak Lor Gang 1, Senin (07/04/2025).
Aaf menyebutkan, untuk ukuran lopis di Krapyak Kidul Gang 8 memiliki berat 2.041 kg, bulat 250 cm, dan tinggi 235 cm. Sementara itu, lopis ageng di Krapyak Lor Gang 1 memiliki berat 2,1 ton, diameter 75 cm dan tinggi 225 cm.
Meskipun sukses menggelar lopis raksasa seberat 2,1 ton, warga Krapyak Lor Gang 1 masih memiliki pekerjaan rumah besar: pembangunan dapur permanen untuk memasak lopis. Hal ini menjadi perhatian langsung dari Wali Kota Aaf yang menyampaikan bahwa proses komunikasi dan pengurusan lahan sudah dilakukan bersama panitia dan warga.
“Dapur permanen seperti yang sudah dimiliki Krapyak Kidul memang sangat dibutuhkan agar proses pembuatan lopis bisa lebih efisien. Kita sudah komunikasikan dengan panitia untuk membereskan lahan dan sertifikatnya. Insya Allah 2026 kita targetkan bisa segera dibangun,” ujarnya.
Wakil Wali Kota Pekalongan, Hj Balgis Diab, juga hadir dalam Festival Lopis Raksasa dan menyampaikan apresiasinya terhadap panitia dan masyarakat Krapyak. Menurutnya, tradisi ini bukan hanya membahagiakan secara budaya, tapi juga mempererat persaudaraan lintas wilayah dan komunitas.
“Festival ini bukan hanya disaksikan warga Kota Pekalongan, tetapi juga banyak dari kabupaten dan kota tetangga. Ini bukti bahwa tradisi punya daya tarik besar dan bisa menyatukan banyak kalangan,” tutur Balgis.
Ia berharap, tradisi pemotongan lopis raksasa terus dilestarikan dan dimanfaatkan untuk memperkuat nilai-nilai kekeluargaan, gotong royong, dan keberagaman.
“Inilah kekuatan budaya kita: menyatukan perbedaan dalam semangat yang sama,” tutupnya.
Tokoh masyarakat Krapyak Kidul Gang 8, Asror, menyampaikan kebanggaannya atas suksesnya Festival Lopis Raksasa yang berhasil mencetak rekor MURI. Ia menilai, keberhasilan ini adalah buah dari kerja sama seluruh lapisan masyarakat.
“Lopis ini terbuat dari beras ketan yang simbolnya merekatkan. Ini adalah simbol bahwa meski berbeda agama, suku, maupun golongan, warga Krapyak, warga Pekalongan, bahkan Indonesia harus tetap erat dalam persatuan,” tutup Asror. (adv)