Menjaga Generasi, Merawat Silaturrahmi

Reporter Redaksi 475 Views

CILACAP, Media RCM – Persatuan Penulis Indonesia (Satupena) Jawa Tengah kembali menggelar kegiatan Kajian Keislaman dan Keindonesiaan dalam rangka merawat ukhuwah dengan tema “Spirit Tahun Baru Islam untuk Menguatkan Ukhuwah Islamiyah, Insaniyah, dan Wathaniyah” (6/8) kemarin.

Kegiatan yang bertempat di kediaman Ketua Umum Satupena Kabupaten Cilacap, Ade Sutisna Desa Glempang Pasir, Adipala, Cilacap menghadirkan dua narasumber, KH. Dani Mohammad Hasan Saeful Mubarok (Ustadz Dani) cucu dari KH. Hasan Basri dan KH. Imam Tabrani (Kepala Kankemenag Kab. Pekalongan) asal Cilacap, yang penasehat Satupena Kabupaten Cilacap.

Puluhan jama’ah dari berbagai unsur Ormas Keislaman dan Kepemudaan menghadiri kajian ini dengan semangat merawat ukhuwah melalui silaturrahmi.

Umat muslim dianjurkan untuk menjunjung tinggi hubungan persaudaraan tanpa melihat perbedaan kulit, suku, bahasa, dan kewarganegaraan, salah satunya dengan memperkuat Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan antar sesama umat islam yang telah diajarkan pada Al-Qur’an dan Hadis.

- Advertisement -

Pada kesempatan ini, ustadz Dani menyampaikan bahwa Islam dalam al qur’an sudah jelas Alloh menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya saling mengenal dan berkembangbiak. Sehingga dalam Islam tidak ada istilah kehilangan generasi.

“Kita bersyukur dilahirkan dan hidup di Indonesia. Indonesia yang mayoritas 88 % beragama Islam benar-benar merupakan rahmat bagi kita. Kita dapat beribadah dengan tenang. Kita juga bersyukur sudah mengenal Islam lebih awal bila dibandingkan dengan negera-negara eropa misalnya”, ujar Ustadz Dani.

Dan kita juga sangat prihatin, dibeberapa negara di Eropa sudah melegalkan LGBT. Kita bisa bayangkan bagaimana populasi manusia di dunia beberapa tahun mendatang dengan legalitas LGBT ini, bisa dipastikan lambat laun manusia akan punah karena sudah tidak berkembang biak meneruskan keturunannya, tegas Ustadz Dani.

Dalam kontek Keislaman dan Keindonesiaan, salah satu prasyarat untuk menjadi negara yang baldatun toyyibatun wa robbun Ghofur, yaitu Iman dan taqwa. Ada kaidah seeing is believeing (melihat maka percaya) dan beliafing is seeing (dari percaya / yakin, maka akan melihat). Sesuatu yang terlihat biasanya berasal dari yang tidak terlihat. Contoh yang terlihat adalah jagat fisik kita, sementara yang tidak terlihat yaitu ruh, emosi / rasa, mental, dan lain sebagainya, imbuh Ustadz Dani.

Pada kesempatan yang sama, KH. Imam Tabroni menyampaikan bahwa tema Spirit Tahun Baru Islam untuk Menguatkan Ukhuwah Islamiyah, Insaniyah, dan Wathaniyah yang diangkat merupakan upaya untuk mencoba memahami kembali hakikat kebersamaan.

“Bahwa pilar kerukunan umat dibangun di atas ukhuwah, yakni adanya persatuan, di mana umat sebagai mayoritas, maka ukhuwah Islamiyah merupakan sebuah keniscayaan, kata Imam Tabroni.

Untuk, persaudaraan antar umat Islam, meski berbeda latarbelakang keorganisasian maupun pengamalan keagamaan harus tetap dirawat dengan baik, tegas Imam Tabroni.

“Tidak ada istilah saling merendahkan satu sama lain, justru yang ada saling membantu dan saling menguatkan” ujar Imam Tabroni.

Sebagai sebuah bangsa, Indonesia dibangun dengan semangat ukhuwah wathoniyah. Persaudaraan dalam satu bangsa yaitu Indonesia, karena fakta sosialnya Indonesia memiliki keragaman agama, namun hidup dalam satu negeri bersama secara harmoni, imbuhnya. (igun)

Bagikan Berita Ini
Tinggalkan Ulasan

Tinggalkan Ulasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *